Nomaden di Sistem tata Surya

Lightbulb Nomaden Di Sistem Tata Surya
Siapa yang tak kenal Adam? Semua manusia tahu siapa Adam walau tak mengenalnya secara personal, dan walaupun mungkin hanya separuh penduduk Bumi meyakini keberadaannya. Darimana dia datang? Katanya dari surga. Surga sering digambarkan sebagai lahan yang subur, ditumbuhi banyak tanaman, rindang, sejuk, banyak sungai mengalir, apa saja yang diinginkan penghuninya ada di sana. Kebanyakan orang memandang surga adalah lahan/tanah/lokasi gaib, karena dogma agama mengajarkan demikian. Terlepas dari benar atau tidaknya dogma tentang surga tersebut, dengan metode pemikiran ngayal ngalor ngidul, pernahkan terpikir bahwa surga yang dimaksud itu nyata secara fisik dan yang dimaksud di sini adalah sebuah planet?

Mungkin manusia dulu tinggal di suatu planet di mana situasi dan kondisinya di sana merupakan idaman karena sangat menjanjikan. Nyaman dan segalanya ada. Teknologi manusia di sana yang membuatnya mungkin. Teknologinya sudah sangat tinggi, yang membuat setiap seorang manusia jika menginginkan sesuatu selalu bisa didapatkan. Lalu seiring dengan waktu manusia menghabisi sumber daya alam di planetnya. Manusia juga melakukan perusakan di planet itu sampai akhirnya planet itu tidak lagi bisa ditinggali. Menjelang kehancuran planet tersebut, akhirnya sekelompok manusia yang dipimpin oleh seseorang bernama Adam menjadi duta atau refugee dan pindah ke planet lain, lalu menciptakan kehidupan baru di sana supaya mahkluk manusia tetap berjalan. Planet baru ini dikemudian hari disebut Bumi. Sebagai pemimpin, Adamlah yang berhak (baca: bertanggung jawab) untuk pertama kali menginjakkan kaki di Bumi.

Sekelompok manusia ini tidak membawa semua teknologi yang ada. Mereka hanya membawa teknologi yang diperlukan. Toh, karena tingginya teknologi tersebut manusia sudah bisa memaksimalkan kemampuan kerja otaknya sampai 100%. Inlah yang membuat manusia menjadi sangat hebat.

Para ilmuwan dan teknologi dari planet sebelumnya menentukan bahwa tujuan para refugee adalah Bumi, karena planet ini bisa dijadikan tempat tinggal baru oleh manusia. Ada udara, ada air, dan ada sumber makanan, yang mirip bahkan serupa dengan planet sebelumnya: lahannya subur, ditumbuhi banyak tanaman, rindang, sejuk, banyak sungai mengalir, apa saja yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup ada di sana. Sayangnya planet baru ini punya penduduk asli, yaitu mahkluk-mahkluk bungkuk dan berbulu dengan teknologi primitif.

[Image: purba.jpg?w=300&h=225]
Penduduk Asli Planet Bumi

Awalnya hubungan manusia dengan penduduk asli planet bumi berjalan harmonis. Tapi karena keserakahan, manusia menghabisi populasi dari penduduk asli planet Bumi dengan alasan demi kenyamanan dan kelestarian mahkluk manusia. Juga supaya manusia bisa dengan bebas mengkonsumsi sumber daya alam planet Bumi tanpa harus berbagi dengan penghuni aslinya. Akhirnya hanya mahkluk manusia yang tinggal di planet Bumi, dan kita adalah bagian dari mahkluk tersebut.

Lalu Tuhan menjadikan manusia tertentu sebagai wakilNya (yang kita kenal sebagai Nabi) supaya manusia tidak mengulangi ulah di planet sebelumnya. Saat Sang Nabi masih ada, manusia dibimbing ke arah perbaikan. Tapi ketika Sang Nabi sudah meninggal manusia kembali menyimpang, padahal Sang Nabi sudah menitipkan pesan supaya manusia selalu berbuat baik. Hal ini kerap kali terjadi. Tuhan sudah mengirimkan banyak sekali wakil supaya manusia sadar. Tapi manusia tetap saja melakukan ulah seperti di planet sebelumnya.

Waktu terus berjalan, sumber daya alam Bumi terus dikonsumsi, dan sampailah kita pada masa sekarang dimana sumber daya alam Bumi bisa dibilang sudah menipis. Namun teknologi manusia di Bumi sudah cukup tinggi. Manusia sudah mulai mencari-cari planet baru, mungkin untuk dijadikan tempat tinggal berikutnya. Pesawat luar angkasa sudah mulai dibuat (lagi). Pemindaian luar angkasa sudah mulai dilakukan (lagi). Makanan padat berukuran kecil yang bergizi tinggi sudah ditemukan (lagi). Proses kloning binatang sudah dilakukan (lagi) supaya kalau seandainya harus berpindah planet, manusia tidak perlu membawa binatang aslinya. Cukup dengan sample DNA dan alat khusus untuk merubah sample DNA tesebut menjadi binatang betulan. Banyak macam barang sudah diciptakan, bahkan mungkin hampir semuanya. Kondisi ini yang memungkinkan manusia di Bumi mendapatkan segala yang diinginkannya, kondisi yang disebut surga. Semua yang pernah dicapai manusia di planet sebelumnya, sekarang hampir dicapai lagi di planet Bumi.

Kembali lagi ke sumber daya alam Bumi yang sudah menipis, manusia tidak bisa melakukan apa-apa terhadap hal ini. Perkembangan teknologi manusia mengakibatkan efek buruk bagi planet Bumi, seperti yang pernah terjadi di planet sebelumnya. Efek buruk ini kita kenal dengan nama pemanasan global (global warming). Manusia mengkonsumsi sumber daya alam Bumi, lalu melahirkan pemanasan global dan pemanasan global itu sendiri akan berbalik mengkonsumsi manusia.

Selain pemanasan global, manusia juga melakukan perusakan terhadap dirinya sendiri. Manusia saling bunuh, saling berebut kekuasaan, saling melebarkan wilayah. Tujuan akhirnya mungkin untuk melestarikan sukunya, supaya sukunya-lah yang nanti akan melanjutkan kehidupan di planet lain.

Kita semua tahu bumi ini sudah senja. Pemanasan global adalah faktor utama kehancuran Bumi, dan ini adalah ulah kita sendiri. Somehow kita mengulangi perbuatan nenek moyang kita yang dulu tinggal di planet sebelumnya. Perbuatan ini akan membawa kita pada kondisi dimana Bumi tidak bisa lagi dijadikan tempat tinggal, seperti planet sebelumnya, dan memaksa manusia mencari planet tempat tinggal baru. Saat inilah peradaban di Bumi berakhir. Banyak orang menyebut kondisi ini dengan sebutan akhir zaman.

Semua orang kecuali aku menganggap akhir zaman sebagai sebab (sunatullah dan harus terjadi), dan pemanasan global sebagai akibat dari akhir zaman (jika ada akhir zaman maka akan ada tandanya, contoh tandanya adalah pemanasan global). Sedangkan aku menganggap sebaliknya, akhir zaman adalah akibat dari ulah yang dibuat oleh kita sendiri. Salah satu ulahnya adalah pemanasan global (jika kita melakukan ulah yang mengakibatkan pemanasan global, maka akan datang akhir zaman). Akibat ulah kita itulah Bumi akan hancur. Padahal sejak lama Tuhan, melalui manusia yang tadi disebut wakilNya, sudah memperingatkan kita tentang kehancuran planet yang kita tinggali ini, jika kita tetap melakukan proses perusakan itu.

Ya, Tuhan telah memperingatkan kita

Tuhan memang tahu segalanya. Tapi untuk hal yang satu ini mungkinkah Dia memberitahu bahwa yang kita lakukan ini hanyalah pengulangan dari masa lalu? Mungkinkah Dia memberi tahu kita supaya kita tetap tinggal di Bumi dan tak perlu repot mejelajah keluar angkasa untuk mencari tempat tinggal baru karena menjelajah luar angkasa terlalu beresiko, mengingat Tuhan itu Maha Penyayang?

Mungkin sebentar lagi akan ditemukan planet baru yang menyerupai Bumi dimana sumber daya alamnya bisa untuk bertahan hidup. Tak peduli jika ada penghuni asli planet tersebut, toh teknologi yang dimiliki manusia sudah tinggi, bisa memusnahkan populasi mereka.

Mungkin suatu saat nanti manusia benar-benar membuat Bumi tidak lagi bisa ditinggali. Manusia harus meninggalkan Bumi seperti yang pernah dilakukan terhadap planet sebelumnya. Jika memang demikian, lalu dimana planet tempat tinggal manusia sebelumnya? Bisa jadi planet tersebut berada di sistem tata surya lain. Tapi bisa jadi juga planet itu adalah tetangganya Bumi, yaitu Venus. Karena para ilmuwan mengatakan bahwa Venus adalah kembaran Bumi, sayangnya kembaran yang jahat (earths evil twin) karena kondisi alam Venus tidak bersahabat.

[Image: planet1.jpg?w=300&h=168]
Perbandingan Venus dan Bumi

[Image: ukuran_venus_02.jpg?w=300&h=131]
Perbandingan Venus dan Bumi

Mungkin dulu kondisi alam Venus bisa ditinggali, bahkan mungkin dulu kondisinya seperti yang sekarang kita sebut sebagai surga. Lahannya subur, ditumbuhi banyak tanaman, rindang, sejuk, banyak sungai mengalir, apa saja yang diinginkan penghuninya untuk bertahan hidup ada di sana. Nyaman dan segalanya ada, karena teknologi penghuni Venus (manusia) yang membuat hal ini mungkin. Tapi karena ulah manusia sendiri, planet tersebut jadi mustahil untuk ditinggali. Venus sudah mengalami pemanasan global lalu pada akhirnya Adam bersama kelompoknya hijrah ke planet tetangga, Bumi.

Dan ternyata kita mengulangi perbuatan manusia terdahulu. Lalu akan kemana kita pindah seandainya Bumi tidak bisa lagi ditempati? Apakah kita akan terus berpindah dari satu planet ke planet lainnya, setelah kita menghabisi isi planet tersebut? Apakah kita ini mahkluk nomaden di sistem tata surya?

Yah, namanya juga ngayal ngalor ngidul. Pasti ada bagian yang menabrak dogma agama. Atau lebih tepatnya menghubungkan antara agama dan sains beserta segala kemungkinannya. Kalau ternyata apa yang tertulis di sini benar, jangan dipuji. Tapi kalau salah, jangan dicaci.

Pages